Kamis, 04 Juni 2009

COWOK YANG TEROBSESI MELATI

Cowok yang terobsesi melati
Judul buku : cowok yang terobsesi melati
Pengarang : Endik Koeswoyo
Penerbit : DIVA Press
Tokoh utama : Della,Andre
Tokoh pendukung : Roy,The gang of Three,Alan,Keluarga besar AndreDella
Disusun oleh : Isbandiyah















Ketika Bunga Berbunga
. “Tet...tet...tet....”
Bel tanda istirahat terdengar tiga kali.Suasana kelas yang tadinya sepi berubah menjadi gaduh.Ada yang langsung berdiri dan menuju pintu keluar,ada yang hanya berbicara dengan teman sebangkunya.Ada pula yang memilih untuk diam dan menunggu Sang Guru meninggalkan kelas.Sebuah kejadian rutin sitiap hari,namun begitu ditunggu,ya...lepas dari kebosanan memang tidak pernah membosankan.Sekecil apapun hal tersebut pasti akan tetap menyenangkan,walau tidak untuk semua orang.Saat semua kepenatan terlepas bersama riuhnya sahabat dan kawan.saat semua siswa sedang larut dalam kebiasaannya,tiba-tiba pak Hendro wali kelas III bahasa itu meminta salah satu muridnya yang bernama Andre untuk ikut dengannya ke kantor.Hanya sorakan yang terucap dari beberapa siswa-siswi yang tersisa di kelas saat melihat Andre berdiri dan melangkah ke depan meng ikuti langkah Pak Hendro yang sudah di luar pintu.Sementara itu seorang gadis cantik yang memiliki nama DELLA yang duduk di belakang sedang asyik dengan buku yang di bacanya,tidak juga beranjak dari tempat duduknya.seorang siswa menghampirinya yang sebenarnya kedatangannya tidak ia inginkan itu,karena Ia tahu dan sangat tahu apa maksud dari kedatangannya itu.yang sangat suka meng ganggu ketenangan semua anak-anak.
Karena risih dengan kedua temannya itu ,della memilih untuk mengalah dan meninggalkan kelasnya.langkahnya pasti,dia tidak ingin ribut dengan kedua teman kelasnya yang selalu saja mengganggunya itu.Di kelas itu memang ada tiga sahabat yang dikenal sebagai “The Gang of Three",Sinta,Dewi dan Riska.Mereka dikenalsebagai gadis pembuat onar.Mereka adalah anak-anak manja dari keluarga kaya yang menganggap sekolah adalah tempat untuk menunjukkan segala sesuatu yang mereka punya.mobil,hand-phone yang selalu model terbaru,baju dan dandanan yang selalu mengikkuti model.Itulah profil singkat yang Della sebut dengan “PLASTIK”
Sementara itu di ruang guru,Andre sedang duduk di sebelah kursi berhadapan dengan Pak Hendro yang merupakan wali kelasnya.Suasana di dalam ruang itu cukup tenang.Pak Hendro menjelaskan bahwa nilai ulangan Andre akhir-akhir ini merosot dan jika dalam waktu yang telah di tentukan Andre tidak bisa memperbaikinya maka dapat di pastikan bahwa Della yang akan menjadi nomor satu.dan beasiswa juga akan jatuh ke tangan Della,kekasihnya sendiri.

Semakin Malam

Hari ini tidak ada pelajaran di kelas,semua guru dan staf sedang menyiapkan ruang untuk UAN.Para siswa menyibukkan diri dengan saling curhat tentang ujian besok.Ada yang membaca buku di taman belakang,ada yang duduk di bangku taman.Ada pula yang memilih bercanda di kantin.Ada juga yang aneh,menjerit-jerit sambil lompat-lompat.Mungkin terlalu bahagia karena sebentar lagi akan lulus atau malah sebaliknya.
Andre sedang duduk bersama Roy di bawah sebuah pohon yang cukup besar dekat tempat parkir.Keduanya sedang membicarakan Riska,gadis “PLASTIK” sering membuat onar.sebenarnya Riska adalah teman mereka sejak kecil.tapi sejak masuk SMA kelakuannya berubah total.Riska yang terlalu bergaya hidup ala Ibu Kota.Makan di restoran fast food,ke sekolah pake mobil, hand-phone selalu baru dan tentu saja,elo-gue,elo-gue.Itu yang paling mereka tidak suka dari Riska.Dia berubah,dia bukan Riska yang dulu.Bukan Riska yang sebenarnya.Ketika sedang asyik mengobrol,tiba-tiba mereka terdiam karena Dewi menuju ke arah mereka berdua. Ternyata kedatangannya hanya untuk mencari sinta.Roy memberi tahu bahwa anak yang sedang dicari ada di kantin,yang tak jauh dari taman belakang tempat mereka berada.
Riuhnya kantin tidak mempengaruhi keasyikan Andre dan Roy menikmati nasi pecel pagi itu.Setelah makan keduanya pergi ke perpustakaan.Di sanalah Della berada,di sebuah bangku di sudut yang agak sepi dengan setumpuk buku di atas meja.Tiba-tiba Roy menghampirinya.Roy menggeser sedikit duduknya,memberikan tempat pada Andre untuk duduk tepat di hadapan Della.Senyum simpulnya mengembang menyambut kedatangan kekasihnya.Dengan sedikit basa-basi Andre menanyakan keadaan Della,lalu mereka memperbincangkan masalah yang lebih serius.mereka membicarakan tentang masa depan yang akan mereka alami setelah lulus nanti.Akan tetapi ada hal yang mengganjal pikiran Della saat itu ,yaitu kemungkinan Della tidak dapat melanjutkan kuliah lantaran dia harus dipaksa menikah oleh ayahnya.
Keheningan dengan detak-detak indah yang mengalun pelan di al am perjalanan nadi sepasang muda-mudi yang sudah lama menjalin hubungan kasih,Kisah indah yang akan selalu dikenang.Sebuah kisah dengan konsep yang nyata,sebuah cira-cita yang tentu saja akan berakhir dengan keindahan.Sebuah roman yang selalu digoda oleh tiga gadis cantik yang tidak pernah suka melihat Della dan Andre bahagia.
Sore itu di rumah Della.
Andre sedang duduk di sebuah kursi kayu,di kursi yang satunya lagi ada Pak Karjo.Diantara keduanya,di atas meja yang juga terbuat dari kayu,ada sebuah papan catur lengakap dengan pasukan yang siap tempur.keduanya sedang bercakap-cakat seputar permainan itu,”Yang dibutuhkan dalam hidup itu adalah pengalaman.Seperti bermain catur,semakin sering kita memainkannya maka kita akan semakin paham tentang bagaimana caranya menghindari sebuah kekalahan.Itupun kalau kita mempunyai kemauan yang kuat untuk itu”,begitulah ceramah dari Ayah Della.
Andre terdiam,pemuda itu memandang Della yang duduk diteras tidak jauh darinya.Kali ini bukan hanya “ilmu” catur yang didapatnya,tetapi juga sebuah “pelajaran”hiduppp yang cukup bagus,kemauan dan pengalaman .Della tersenyum saat mata mereka beradu.Sesaat kemudian Andre telah berhasil dikalahkan oleh ayah Della.Pak Karjo tersenyum bangga lalu melangakah ke dalam rumahnya.sementara Della dan Andre masih duduk di tempat yang sama.Teras rumah yang indah dengan aneka bunga di halaman,beberapa pohon rambutan yang cukup besar dan sebuah kolam kecil yang indah di sudut halaman. Andre mengajak Della untuk ikut ke rumahnya.kemudian Della memutuskan untuk meminta izin kepada Ayahnya.Della lalu mas uk ke dalam sambil membereskan dan membawa cangkir yang tadi ada di atas meja.Andre mengikuti dari belakang dengan papan catur di tangan kanannya.Setelah berpamitan,keduanya berangkat ke rumah Andre.
Jalan-jalan di kota Jogja sote itu cukup ramai walau tidak sampai menyebabkan kemacetan.Matahari masih dapat terlihat,cahayanya yang menguning di ujung barat sana masih jelas.Tidak tertutup gedung-gedung tinggi.Andre memilih jalan yang agak sepi,melewati sawah-sawah yang masih terhampar luas.

Aduh...Bungaku jatuh

Pagi itu Andre menghampiri Della yang duduk di teras rumahnya.Wajah kekasihnya sedikit kusam.Seperti diselimuti sebuah rasa yang terpendam dalam.Ketika Andre datang untuk mengajaknya berangkat ke sekolah,Della tetap diam.Andre memilih untuk tidak bertanya lagi.Dia memilih untuk konsentrasi pada jalan yang dilaluinya.Sepanjang perjalanan menuju ke sekolah,keduanya hanya didam.Della dengan mimpi pahitnya tadi malam.Tentang keinginan Ayahnya yang ingin dia menikah tanpa harus kuliah lebih dulu.Andre dengan mimpi-mimpi indahnya,menikah setelah lulus kuliah dan dapat kerja yang cocok.
Setelah sampai di sekolah pun keduanya tetap membisu.Andre tidak ingin menambah beban yang mungkin saja di alami kekasihnya.Dia memilih untuk menunggu waktu yang tepat.Andre membiarkan saja Della dengan kebisuannya walau sebenaranya dia amat sangat ingin tahu apa yang sedang berkelana dalam pikiran gadis itu.Saat keduanya tiba di depan kelas,Andre berhenti dan duduk di bangku panjang,di samping Roy sahabatnya.Sementara Della langsung masuk ke dalam kelas..saat bel masuk di bunyikan,Andre masuk ke dalam kelas,dia menghampiri Della dan menanyakan apa gerangan yang sedang bergelanyut di pikiran gadis itu.tapi gadis itu enggan menjawab dia memilih untuk tetap diam.Mungkin karena situasi yang belum tepat,dan dia hanya akan menceritakannya setelah pulang sekolah.
Mendengar jawaban itu Andre tersenyum untuk kesekian kalinya.Setidaknya kali ini dia mendapat kepastian tentang apa yang sedang dialami Della.Walau saat itu nanti.Setelah pulang sekolah.Tiga jam lagi.

Detak-detak jam dinding terasa lambat bagi Andre.Buku demi buku telah dibacanya,sambil sesekali melirik ke arah Della yang duduk di sebelahnya.Tiba-tiba ada seseorang yang memanggil Andre.Suara itu membuyarkan lamunan Andre,Andre mendongkak mencari sumber suara yang baru saja memanggilnya.Ternyata yang memanggilnya adalah Bu Siwi,guru Bahasa Inggris yang di kenal paling killer.Andre maju ke depan,tak seorang temannya yang berani melihat ke arah Andre.Kali ini Andre cukup berdebar,takut akan di hukum karena dia sedari tadi hanya melamun saja.Ternyata dia hanya di beri tugas dari Pak Hendro,bahwa jam terakhir nanti beliau tidak bisa mengajar jadi mereka harus mengerjakan tugas.
Andre menarik nafas lega,ternyata dia tidak di hukum.cepat-cepat dia mengambil kertas itu dan memberikannya kepada Nita untuk di tulis di papan tulis.
Setelah tugas itu selesai mereka kerjakan,Della,Andre dan Roy pergi ke perpustakaan sambil menunggu waktu pulang.Dengan perasaan menggebu di hatinya,untuk segera tahu apa yang akan dibicarakan Della.Bel tanda pulang akhirnya terdengar,Della segera berdiri diikuti Andre dan Roy.Laaangkah tergesa Andre hanya membuat roy tersenyum.
Della menunggu Andre di depan puntu gerbang.Tidak lama Andre sudah munculdi hadapanDella dengan motornya.Setelah motornya nelaju di jalanan dan mendapat tenpat yang cocok akhirnya Della memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada Andre.Dia menceritakan bahwa Della dipaksa untuk menikah dengan Andre setelah lulus SMA tanpa melanjutkan kuliah terlebih dahulu,,oleh ayahnya.Akan tetapi Andre bercita-cita untuk kuliah terlebih dahulu sebelum berumah tangga,dia mencoba meyakinkan Della bahwa jalan hidupnya masih panjang dan dia sepakat untuk bertunangan dahulu.Suntikan semangat yang di berikan Andre membuat Della tersenyum untuk kesekian kalinya.Tetap saja senyum itu terlihat masih membawa sejuta beban.Della tahu kedu orang tuanya selalu yakin dengan keinginan mereka.Rasanya terlalu berat untuk melawan keinginan mereka.Demi cintanya kepada Andre,dia akan berusaha untuk meyakinkan keluarganya kalau mereka belum siap untuk menikah.

Katakan tentang aromanya......

Andre tetap berusaha tersenyum saat melangkah melalui ruang tamu rumahnya.Dia tidak melihat mamanya yang berdiri di depan pintu dapur.Ny. Hanif hanya tersenyum melihat wajah kusut putra keduanya itu.Kemudian wanita anggun itu mengikuti langkah Andre.
Sejak saat itu Andre selalul mengingat-ingatnya.Hingga ia memutuskan untuk menceritakan semuanya kepada orang tuanya.Dan orang tuanya berusaha membantu memecahka masalah yang sedang Andre hadapi.Akhirnya orang tua Andre bersepakat untuk merundingkan masalah itu kepada orang tua Della untuk tidak buru-buru menikahkan putra-putrinya,karena mereka masih berkeinginan untuk melanjutkan sekolahnya ke jenjang yang lebih tinggi.
Andre tetap duduk di halaman belakang,sesekali pula dia melihat cahaya indah matahari sore.Gejolak rasa di hatinya tidak menentu.Bayangan di benaknyaa silih berganti berubah,dari senyum indah kekasih hingga amarah Bram,kakaknya,saat dia ribut dengan istrinya.Entah sudah berapa lama Andre duduk di situ.Berusaha membuang semua pikiran buruknya.Namun tetap saja terlintas tanpa tahu kapan akan hilang.

Aku dan wangi bunga

Suasana pagi menjelang siang itu sungguhlah teramat sangat sulit untuk digambarkan.Betapa tidak ,ada yang menangis,ada yang tertawa,ada yang menjerit histeris,ada yang berteriak-teriak dan saling memeluk.Ya....setidaknya seperti itulah suasana pengumuman kelulusan siang itu.Suasana sungguh mengharubiru.Sebuah kebahagiaan yang teramat sangat.
Ternyata hasil ujian menyatakan bahwa Della menduduki peringkat ke 1 disusul peringkat ke 2 oleh Andre.Andre berharap dengan hasil terbaiknya itu,orang tua Della mau berubah pikiran untuk mengijinkan Della melanjutkan kuliah dengan beasiswa yang didapatnya.Akan tetapi harapan itu sia-sia belaka.Ayah Della tetap bersikeras untuk menikahkan putrinya.Dia berpandangan bahwa putrinya akan menjadi orang yang sukses usai menikah nantinya.Seperti halnya dengan anak sulungnya yang sukses ketika menikah setelah lulus SMA.
Sebenarnya Della dan Andre menolak perjodohan itu,mereka sangat menginginkan untuk dapat melanjutkan kuliah.Keluarga Andre pun sudah meyakinkan keluarga Della bahwa mereka sebaiknya ditunangkan tersebih dahulu,setelah mereka lulus kuliah,baru dinikahkan.Akan tetapi ayah Della tetap pada pendiriannya,dia ingin menikahkan mereka secepatnya.Bahkan sempat terjadi kesalah pahaman diantara keluarga Andre dan Ayah Della.Mereka mengira kalau keluarga Andre hanya ingin mempermainkan keluarga Della saja.Sepertinya pernikahan sudah menjadi harga mati keluarga Della.

Bunga melati pagi

Di ruang tunggu bandara,Andre memilih untuk diam dan membiarkan pandangannya lepas.Matanya sedikit sayu namun mampu menembus dinding-dinding kaca tebal yang mengelilingi ruang itu.Tidak dihiraukannya lagi isak tangis mamanya.Tutur kata lembut Mamanya hanya sekilas-sekilas terdengar di telinganya.Della...hanya Della yang melintas di setiap kedip matanya.Setiap suara ia dengar adalah suara Della.Setiap wanita yang duduk di bangku-bangkku itupun seakan telah berubah menjadi Della.
Apa boleh buat hal itu harus ia lakukan demi tercapainya cita-cita mereka berdua.Sebenarnya Dellalah yang memaksa Andre untuk kuliah di Jakarta agar pernikahan itu dapat dihindari.
Andre telah berangkat ke Jakarta.Membawa sebuah harapan panjang untuk Della tentunya.
Sementara itu Della terdiam di dalam kamar,duduk di lantai sambil memandangi foto Andre di atas meja belajarnya.Matanya sembab dengan air mata yang masih menggenang di sudut-sudut indah itu.Tatapan matanya sayu,menerawang jauh menembus dinding kamarnya dan menemukan Andre dengan lambaian tangan yang pelan.
Tiba-tibia Riska datang dan langsung memeluk Della.Dia mengucapkan permintaan maaf kepada Della atas semua kesalahan yang telah ia perbuat kepadanya.
Ternyata dia bukan hanya meminta maaf kepada Della,melainkan kepada teman-teman yang pernah ia sakiti,sebelum dia pergi untuk melanjutkan kuliahnya di Jakarta.Riska menjabat tangan Della kemudian memberikan sebuah ciuman pada gadis itu sebelum dia melangkah keluar meninggalkannya.

Bunga tanpa aroma

Ayahnya sengaja menjodohkan Della dengan TONI,
Lelaki pilihan ayah Della.Karena dia menganggap bahwa keluarga Andre hanya mempermainkan keluarga mereka saja.orang tua yang di cintainya itu kini seakan berubah menjadi mahluk yang menyeramkan
Della tertunduk lesu di sudut kamarnya ia masih berkelana dengan kesedihannya. Dan ketika itu juga Roy datang membawa sepucuk surat dari Andre. Didalam surat itu tertulis bahwa Andre sangat merindukan kekasihnya apalagi dari ratusan suratnya tidak mendapat balasan satupun.
Setelah membacanya Della melipat kembali surat itu. Air matanya seakan tidak bisa keluar lagi. Untuk kesekian detik Della terdiam. Membayangkan betapa kejam ayahnya yang sampai tega membuang surat-surat yang ditujukan kepadanya.Karena kenyataannya itu merupakan surat pertama yang pernah ia baca. Roy hanya bisa menenangkan sahabatnya itu.
Della tidak mampu lagi menghindari pernikahan itu. Hanya air mata
yang selalu menghiasi pipi merahnya. Hanya getar pelan yang selalu ada di bibir ranumnya. Semua yang di rasakan hanyalah perih dan pedih yang teramat sangat menyiksa. Hari-hari yang dia lalui hanyalah sedih dan sedih. Toni lelaki pilahan orang tuanya tidaklah seperti yang diinginkan Della. Semua yang di lakukan lelaki itu pada Dela tetap saja hampa. Belaian sayang, kecupan manja,semuanya adalah luka. Walau Toni adalah lelaki yang sabar namun di mata Della ia tetaplah seorang yang menakutkan. Hanya tangis tanpa cinta yang selalu mengisi hari-harinya.
Berita pernikahan itu sudah sampai juga pada keluarga Andre. Pak Hanif dan isterinya hanya bisa diam tanpa mampu berbuat apapun. Kesedihan benar-benar menyelimuti keluarga itu.
Mereka tidak dapat membayangkan tentang nasib Andre setelah mendengar berita pernikahan Della.
Maka pada hari itu juga Mereka bergegas menuju Jakarta untuk menemui Andre.
Keberangkatan Keluarga Andre yang mendadak itu tidaklah mengalami banyak kesulitan. Sudah sering Pak Hanif menempuh perjalanan dari Jogja ke Jakarta dengan mobilnya.
Akan tetapi alangkah terkejutnya mereka dengan sikap Andre yang sangat tegar dan tenang mendengar berita itu. Ternyata Andre sudah mendengar berita itu sejak lama. Della sendiri yang menceritakan kepadanya. Saat itu hatinya hancur. Dan ia memutuskan untuk mengakhiri hidupnya di atas rel kereta api.
Tapi seingatnya dia berjalan menyusuri rel kereta. Entah berapa lama,dia berjalan dia seakan tidak melihat sebuah kereta melaju kencang dibelakangnya. Hanya suara keras yang dia dengar saat itu,dan sepertinya sebuah benda menghantam punggungnya. Dan saat dia sadar sudah ada tiga anak kecil mengelilinginya.salah satunya adalah Alan. Seorang anak jalanan yang saat ini tinggal bersama Andre. Dia memarahi Andre dengan omelannya. Andre baru sadar,ternyata dia memukulnya dengan gitarnya hingga dia jatuh ke samping rel.
Dan sejak itu dia bersahabat dengan Alan. Dia mengganti gitarnya yang hancur.

Lupakan aroma itu

Putaran roda waktu terus melajur memaksa semua yang ada di bumi ini untuk berubah.Hari berganti minggu,minggu berganti bulan dan begitulah seterusnya. Membawa sebuah kehendak kuat untuk mengubah apa saja.
Malam itu Della terdiam di sudut kamarnya,matanya kosong memandang keluar jendela. Senyumannya tidak seindah dulu,senyum itu kini mengandung sebuah makna yang sulit untuk diungkapkan. Seakan hanya dia sendiri yang tahu akan makna itu. Rembulan di atas sana menurutnya tidaklah indah lagi seperti dulu.
Sementara itu,Andre mengajak Alan untuk keliling kampusnya.
Dia mengajaknya ke perpustakaan.Alan hanya mengikuti ke manapun langkah Andre. Melihat bertumpuk-tumpuk buku,rak-rak yang berjajar dan beberapa pengunjung lain.
“Mas...lihat Mbak yang di sana itu! Cantik banget ya..?. Alan sedikit berbisik pada Andre yang berjongkok di sampingnya.
Andre lalu melihat ke arah yang dituju Alan. Matanya tidak berkedip melihat seorang gadis berambut panjang dengan baju hangat warna biru muda,dan rok batik panjang membuatnya terlihat anggun. Andre cepat-cepat menarik tangan Alan dan mengajaknya keluar dari perpustakaaan itu. Langkah tergesa Andre tentu saja membuat Alan terkejut namun anak kecil itu cepat-cepat mengikutinya. Sesampainya di taman belakang,Andre duduk di bangku panjang dan menghembuskan nafasnya lega.
Andre tidak menjawab pertanyaan Alan. Dia masih mmbayangkan tentang Riska yang baru saja dillihatnya. Ya.....Riska yang dulu dikenal sebagai gadis pembuat onar. Ternyata dia telah banyak brubah.
“ Kalau dia memang temannya Mas Andre,kenapa tidak disapa?Kenapa Mas Andre malah menghindar?. Jarang lho ada teman satu kampung bisa bertemu di Jakarta! Lebih baik membuang perasaan buruk dari pada nyesel nanti.!”Alan terus saja nyerocos!
Andre memandang Alan,mengamati wajah polos itu sambil merenungkan ucapan yang baru saja didengarnya. Sebuah ucapan yang benar menurut hati kecilnya. Pemuda itu beranjak dari bangku itu.melangkahkan kakinya sekali lagi menuju ke perpustakaan. Alan tersenyum lalu mengikuti Andre daari belakang. Sesampainya di perpustakaan keduanya lalu mencari-cari gadis itu. Cukup lama Andre dan Alan mengelilingi ruang itu,namun Riska tidak mereka temukan.
“seandainya Riska telah berubah,tentunya dia adalah gadis yang cengeng,manja dan suka ngambek. Pasti seperti saat dia masih kecil dulu. Tapi apa mungkin dia mampu merubah kebiasaannya yang selalu mengikuti mode paling trend?”.
Sore itu Alan mengandang gitar kecinya. Dia melangkah pasti menuju satu arah. Sebuah bangku panjang di Taman Anggrek. Menghampiri seorang gadis yang duduk di sana sendirian. Alan dengan penuh keyakinan duduk di samping gadis itu. Sementara gadis itu hanya diam setelah mengamati anak kumal di sampingnya. Sepertinya gadis itu tidak merasa terganggu dengan kedatangan Alan.
Alan mengulurkan tangannya mengajak berkenalan.setelah berbincang-bincang,Alan lalu melangkah dari kursi itu. Tidak menoleh lagi. Tubuh kecilnya hilang dibalik semak dan bunga-bunga yang terhampar luas. Riska hanya memandang tanpa tahu apa yang harus dilakukan . masih terdiam dengan sejuta rasa penasaran yang belum mampu ia terjemahkan tentang ucapan aneh anak kecil itu.

Melati terakhir..

Sebuah irama merdu ,mengalun pelan dari sebuah harmonika. Ya....sebuah irama dan nada yang sama,let it be-nya The Beatles. Alunan itu menghentikan langkah seorang gadis. Gadis cantik dengan rambut terurai panjang,baju hangat warna coklat dan sebuah selendang batik warna krem membalut bagian bawah tubuhnya. Sebuah buku warna hitam didekapnya dengan erat.
“Ah...siapa yang melantunkan lagu itu?Begitu indah...”
“ RISKA.”
Suara seorang lelaki begitu dekat di telinga gadis itu. Riska tidak segera menoleh,suara itu begitu akrab dengannya. Detak jantungnya seakan mengajak untuk segera menoleh,namun ada sedikit rasa penasaan yang membuatnya enggan. Dia seakan tidak yakin kalau suara itu memanggil dirinya. Tapi setelah ada yang memanggilnya sekali lagi akhirnya gadis itu baru yakin kalau ada seseorang yang memanggil namanya. Lalu dia dengan sedikit ragu menengok ke arah suara itu. Matanya tajam memandang ke arah seorang pemuda yang menatap tajam.
Ternyata yang memanggilnya adalah Andre,sahabat kecilnya dulu.
Keduanya pun lalu berakap-cakap mengobati rasa rindu setelah lama tak berjumpa.mereka saling mengenang kejadian yang sejak kecil mereka alami bersama.
Keduanya tertawa mengenang persahabatan mereka dulu,masa-masa kecil yang tentunya belum mengenal cinta. Sebuah persahabatan yang tulus tentunya. Saat Riska selalu melemparkan apa saja yang ada di dekatnya bila gadis itu sedang marah pada Andre. Ya...kenangan indah lima belas tahun lalu. Saat mereka masih duduk di bangku SD.
Tawa Andre lepas,seakan tidak ada beban di hatinya. Semua telah berubah,tidak lagi sedih,tidak lagi kecewa. Saat ini Jakarta bukan lagi kota yang kejam menurutnya,semua terasa indah,tanpa ada bayangan kekejaman dari orang-orang yang selalu hadir dalam benaknya. Tidak juga Della,Pak Karjo dan istrinya,saat ini orang itu telah dipendam dalam oleh Andre. Ditenggelamkannya dalam-dalam dan tidak ingin dimunculkannya lagi.
Lagi-lagi keduanya tertawa mengingat persahabatan masa kecilnya dulu. Sungguh sebuah kenangan yang indah. Teringat lagi saat kedua jalan-jalan di antara kios-kios kecil yang berjajar di Alun-alun Lor Keraton. Berbaur dengan banyak orang,membeli barang-barang dari sana dan terkadang mereka harus mendapat amarah dari orang-tuanya karena pulang terlalu malam.
Andre dan Riska sepertinya terbawa ke alam yang lain. Sebuah alam yang baru saja mereka temukan,sebuah alam dengan cahayanya yang sedikit samar. Mereka belum mampu menikmati suasana indah yang ada di sana sepenuhnya. Masih ada semacam kabut tipis yang menyelimuti perasaan keduanya.
Sejak pertemuan itu,Andre dan Riska sering bertemu di tempat yang sama. Sebuah taman indah di tengah-tengah kesibukan kota Jakarta. Ada semacam kebahagiaan tersendiri di antara mereka berdua. Selalu ada kenangan masa kecil yang bisa mereka bicarakan,mereka kenang dan tentu saja mereka jadikan obrolan yang menarik. Jakarta semakin indah di mata Andre,seakan tidak ada lagi kemacetan. Seakan tidak ada lagi asap-asap pengap kendaraan bermotor. Semua terasa sejuk saat dia duduk berdua dengan Riska.
Setelah lama bertemu.Andre mengajak Riska untuk berjalan-jalan mengelilingi ibu kota.
Andre berjalan di samping Riska dn melangkah menuju ruang parkir. Sebentar kemudian mobil kecil sudah melaju di jalan-jalan ibu kota. Andre menceritakan kejadian-kejadian lucu yang dialaminya di Jakarta. Dan Riska pun melakukan hal yang sama,tawa keduanya lepas. Bebas dan tidak terhalang oleh apapun,tidak ada lagi kecewa di hati keduanya. Tidak ada lagi sesuatu yang mengganjal,mereka seakan kembali menjadi mereka yang dulu. Anak-anak kecil yang selalu bersama dan bercanda.
Tidak lama kemudian mobil itu sudah berhenti di depan sebuah rumah kecil dengan taman bunga melati di halamannya yang juga kecil.
Riska memandang tajam ke arah anak kecil yang baru saja membuka pintu. Riska seakan mengingat-ingat siapa anak kecil yang sekarang ada di hadapannya.
Riska berdiri,melangkah melihat-lihat isi rumah itu. Rapi,dengan permadani merah di lantai ruang tamu. Beberapa keramik yang tentu saja itu buatan Kasongan Jogja. Sebuah tirai warna putih bersih. Riska melanjutkan perjalanannya ke belakang,tersenyum pada Alan yang duduk di tangga.
Riska hanya tersenyum melihat tingkah lucu Alan. Gadis itu melanjutkan langkahnya melongokkan kepala ke dalam kamar mandi. Melangkah lagi ke depan,dia seakan meminta ijin pada Andre untuk membuka pintu kamar. Andre mengangguk pelan mengiyakan. Riska membuka pintu itu pelan,dia terdiam memandang ke dalamnya. Sekat bunga warna-warni terletak di atas meja. Sedangkan bunga melati terhampar luas di lantai. Sebuah lilin menyala terang di atas sebuah kue tart kecil. Sebait kata yang terbuat dari rangkaian lampu-lampu kecil menempel di dinding putih kamar itu. “selamat ulang tahun, Riska”. Riska terdiam,senyum dan air matanya bersamaan tidak dapat ia bendung. Samar-samar terdengar suara Andre dan Alan menyanyikan lagu selamat ulang tahun di telinganya. Secepat kilat Riska memeluk Andre, melabuhkan semua yang ada dalam hatinya di dada Andre. Merasakan detak-detak pelan yang berirama.
Andre memberikan sebuah kecupan di kening Riska setelah gadis itu melonggarkan pelukan eratnya. Senyum keduanya mengembang saat kedua mata itu beradu pandang.
Malam semakin larut,rembulan purnama menguasai malam yang gelap. Menyinari dengan cahaya yang cerah. Andre mendekat diri pada Riska,keduanya memandang jauh ke arah rembulan yang bersinar. Mencari pecahan rasa yang selama ini telah terbelah-belah,menyatukannya kembali menjadi utuh,menjadi sebuah aroma yang sama. Aroma melati......


.....................................selesai.....................................